Jalan Rusak Parah, Sepuluh Tahun Hanya Tambal Sulam

WARTANEWS, TANJAB TIMUR – Dari sembilan desa yang ada di Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi belum ada satu desa pun yang memiliki jalan mulus. Ini adalah fakta di lapangan.

Maka, tak salah kalau ada masyarakat di Kecamatan paling ujung di Kabupaten Tanjung Jabung Timur itu mengatakan daerah mereka masih terisolir.

Buruknya hampir semua jalan di kecamatan Sadu sangat dikeluhkan masyarakat,berbagai dampak kerugikan yang ditimbulkan hingga harga-harga sembilan bahan pokok jadi mahal akibat bertambahnya ongkos angkut, menjadikan sulitnya perkembangan perekonomian di daerah ini.

Jalan darat menuju ke kecamatan ini belum ada. Dari Nipah Panjang harus melalui penyeberangan dengan perahu tempel. Semua kebutuhan pokok harus melalui jalur laut. Padahal kecamatan ini bukanlah sebuah pulau dan harusnya bisa dilalui jalan darat.

Maka tak heran bila di kecamatan ini sulit ditemui kendaraan roda empat, kalaupun ada pick up bisa dihitung dengan jari tangan milik masyarakat untuk pengangkut hasil kebun mereka.

Bila musim hujan, hampir semua jalan desa di kecamatan Sadu sulit untuk dilalui,banyak jalan desa jadi lumpur. Itulah yang dikeluhkan oleh Ambo Sulo tokoh masyarakat Sadu.

“Seperti Jalan Desa dari Sungai Jambat ke Sungai Sayang, sepanjang 7 km berlumpur. Jalan itu belum beraspal dan pada tahun 2015 hanya ada pengerasan. Sekarang, lihat sendiri sudah hancur dan tak bisa dilalui,” katanya.

Camat Sadu Khairul Fahmi ketika dihubungi melalui telepon selulernya, Rabu (08/02) membenarkan rusaknya jalan-jalan desa di kecamatan Sadu.

“Sudah sepuluh tahun jalan dari Sungai Lokan ke Sungai Jeruk sepanjang 25 km tidak pernah diaspal. Hanya tahun 2013 lalu pernah diperbaiki dengan tambal sulam,” jelasnya.

Menurut warga, buruknya jalan-jalan di seluruh kecamatan Sadu dan belum adanya jalan darat ke ibukota kabupaten sudah mereka alami sejak kecamatan ini dimekarkan dari kecamatan Nipah Panjang belasan tahun silam.

Berbagai keluhan yang disampaikan masyarakat kecamatan Sadu, seperti mahalnya harga-harga sembilan bahan pokok dan sulitnya untuk membawa hasil bumi keluar daerah ini. Harapan masyarakat Sadu agar segera mendapat perhatian pemerintah.

”Sehingga kecamatan Sadu tidak selamanya menjadi daerah terisolir,” harap warga. (H/Harahap)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *