MUARO JAMBI – Pemerintah Propinsi Jambi melalui Dinas Perkebunan, mendorong warga Desa Talang Belido dan warga Ladang Panjang pelaku kebun kelapa sawit, berkebun swadaya agar bermitra dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit terdekat.
Kepala Dinas Perkebunan Propinsi Jambi melalui Kepala Bidang Pengembangan Perkebunan, Panca P, SP mengadakan penyuluhan terhadap warga Desa Talang Belido, Kecamatan Sungai Gelam, Muaro Jambi, minggu (16/07), di Aula desa yang dihadiri warga Kelompok Tani (KT) Maju Jaya dan Harapan Jaya. Kemudian dilanjut ke Desa Ladang Panjang yang diikuti oleh KT Jaya Bersama, Tambah Makmur dan Hijau Daun di Aula desa Ladang Panjang.
Panca dalam penjelasannya, mengenai kemitraan petani swadaya atau sering disebut non-plasma kepada perusahaan perkebunan sekaligus solusi penyelesaian permasalahan. Dia mencontohkan harga sawit atau Tandan Buah Segar (TBS) yang diterima patani swadaya ini sering dikeluhkan, karena sering dibawah harga petani mitra perusahaan. Bahkan, lebih tepatnya selalu dibawah harga petani mitra perusahaan atau plasma di hampir semua wilayah petani swadaya.
Dinas Perkebunan sangat menyadari masa depan petani swadaya ini, sama dengan posisi petani sawit plasma, dengan melakukan penyuluhan terhadap petani yang sudah melirik atau mengalihkan pola tanaman terhadap komoditi sawit yang dinilai menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi masyarakat saat ini.
Menurut Panca, saat ini sudah sangat besar ketergantungan hidup masyarakat yang bermuara terhahadap komoditi sawit. “Ada 30 juta penduduk tergantung kepada sawit ini, mulai dari petani, tukang sayur, jualan es, jual ikan dan jasa lainnya yang bergerak dilingkungan atau wilayah petani sawit,” ungkap Panca.
Dengan besarnya jumlah penduduk yang terimbas dari sawit ini, Pemerintah melalui Dinas Perkebunan akan melayani kebutuhan masyarakat akan terwujudnya peningkatan kemampuan ekonomi. Dua puluh persen penduduk Indonesia terbangun ekonominya dari komiditi sawit. Ini artinya dari segi jumlah, sudah sangat besar oleh satu komiditi yang sangat mampu untuk dilakoni masyarakat. “Jadi saat ini Indonesia, dengan sawit, telah memberi kontribusi terbesar terhadap pembangunan di Indonesia,” ucap Panca.
Berikut data yang ada ditangan Panca, bahwa siklus ekonomi di Propinsi Jambi ditempati dari komoditi sawit hingga Rp29 triliun, jumlah sangat signifikan. Dia mencontohkan masyarakat di wilayah Merlung, Sungai Bahar, mengalami kemajuan pesat dengan berkebun sawit. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi daging dan kebutuhan pokok lainnya. “Allahualam, apa bisa begitu kalau bukan karena sawit” dia yakinkan hadirin.
Dengan uraian contoh itu, Panca menawarkan mitra dengan perusahaan perkebunanlah solusi untuk mendapatkan hasil maksimal dalam perlakuan berusaha bidang kebun sawit, sekaligus menumbuhkan niat berkebun sawit di masyarakat.
Dalam penyuluhan ini dibuat waktu tanya-jawab agar dapat dilihat penyerapan kesadaran warga akan kehendak pemerintah terhadap besarnya masa depan perekonomian dengan komoditi sawit ini. Ditemui permasalahan bagaimana membangun atau membuat kebun sawit yang bagus, mendapatkan bitbit bagus, mandapatkan harga bagus dan berlanjut, sekaligus kesinambungan berkebun sawit agar tidak terusik oleh terpaan isu negatif hingga menggantinya.
Panca memaparkan akan mutu bibit sawit yang bisa dijamin adalah produksi Pembibitan Perkebunan Kelapa Sawit (PPKS) dan produksi pembibitan berlisensi sudah diakui Pemerintah.
Achmad Rosadi, seorang penanya dari KT Harapan Jaya, bagaimana cara dan berapa jumlah yang bisa di beli masyarakat bibit PPKS. Untuk itu, Panca menjelaskan persyaratan KTP, punya lahan dengan legalitas dari desa serta pengesahan desa. Dia juga menawarkan bibit yang sudah siap tanam dengan harga Rp. 22.000,- dengan posisi stok 100.000 ada di pembibitan Dinas Perkebunan.
Selanjutnya untuk dapat memenuhi seluruh permintaan masyarakat, khususnya harga. Panca menguraikan akan pemenuhan permintaan seperti syarat dalam Indonesia Standar Palm Oil (ISPO).
Di dalam ISPO akan tertera item cara berkebun yang ramah lingkungan, syarat yang diharuskan dalam ISPO dan harus diikuti karena kesinambungan kelapa sawit dalam hal pembangunannya dan penjualan hasilnya akan terwujud bila mengikutinya. Bila tidak, konsumen atau pembeli minyak sawit ata CPO kita tidak dibelinya, kata Panca. (wartanews.co)
Penulis : Oleston Sitorus
Editor : Harianja