Wagub: Mandi Shafar Tradisi Lokal Yang Harus Dilestarikan

SADU (WARTANEWS.CO) – Wakil Gubernur (Wagub) Jambi, Dr.Drs.H.Fachrori Umar,M.Hum mengemukakan, mandi shafar yang diadakan setiap tahunnya oleh masyarakat Desa Air Hitam Laut harus tetap dilestarikan serta terus dikembangkan. Hal tersebut disampaikan Wagub dalam acara Adat Mandi Shafar 1439 H, bertempat di Pantai Babussalam Desa Air Hitam Laut Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Rabu (15/11/2017) pagi.

“Mandi shafar ini sebuah tradisi yang sangat unik sekali, dimana masyarakat setempat memohon doa kepada Sang Pencipta agar dijauhkan dari segala bencana, dan tradisi Mandi Shafar sudah menjadi event wisata bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Desa Air Hitam Laut ini,” ujar Wagub.

Wagub menyampaikan, Pemerintah Provinsi Jambi sangat mendukung sekali kegiatan mandi shafar yang diselenggarakan setiap tahunnya oleh masyarakat Desa Air Hitam Laut. Pemerintah Provinsi Jambi mengharapkan kegiatan mandi shafar ini bisa menarik para wisatawan untuk datang ke Tanjung Jabung Timur, khususnya Desa Air Hitam Laut untuk menyaksikan dan mengikuti prosesi mandi shafar ini.

“Saya berharap, acara mandi shafar ini bisa dikemas lebih menarik lagi untuk menarik minat para wisatawan, sehingga para wisatawan banyak yang berkunjung ke Desa Air Hitam Laut ini untuk melihat acara mandi shafar ini serta turut serta dalam acara mandi shafar ini,” ungkap Wagub.

Lebih lanjut, Wagub mengajak masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan pantai lokasi acara tersebut dan lingkungan sekitarnya. “Alhamdulillah, pantai tempat berlangsungnya acara ini bersih, untuk itu saya berpesan agar tetap menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan,” pungkas Wagub.

Bupati Tanjung Jabung Timur, H.Romi Haryanto,SE mengucapkan terima kasih kepada Wagub yang telah bersedia untuk hadir pada acara agenda tahunan yang diselenggarakan oleh masyarakat Desa Air Hitam Laut yaitu acara adat mandi shafar yang diselenggarakan pada bulan shafar setiap tahunnya.

“Acara tahunan yang diselenggarakan masyarakat ini merupakan tradisi masyarakat meminta kepada Sang Pencipta agar terhindar dari segala macam bencana dan penyakit,” tutur Romi.

Romi mengungkapkan, mandi shafar adalah kearifan lokal masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Timur, khususnya masyarakat Desa Air Hitam Laut yang harus tetap dilestarikan. Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur akan terus mendukung kebudayaan lokal ini dengan berbagai program kegiatan secara sinergis.

“Saya mewakili masyarakat Desa Air Hitam Laut meminta kepada Pemerintah Provinsi Jambi untuk ikut mendukung kegiatan ini melalui pembangunan sarana prasarana dan infrastruktur serta pendukung lainnya, agar kedepannya menjadi acara nasional,” ujar Romi.

Pengasuh Pondok Pesantren Wali Peetu, sekaligus Tokoh Masyarakat Desa Air Hitam Laut, H.As’ad Arsyad,S.Ag,M.Ag menjelaskan, Mandi Shafar merupakan tradisi masyarakat muslim Desa Air Hitam Laut yang sebagian besar masyarakatnya adalah masyarakat Bugis, tradisi ini dibawa oleh masyarakat Bugis yang ada di Desa Air Hitam Laut. Inti dari mandi shafar sendiri adalah menulis doa, berniat untuk mandi dan pelaksanaan mandi.

“Mandi shafar ini pertama kali dilakukan oleh Syeikh Syarifuddin yang merupakan ulama syufi. Menurut kajian Syeikh Syarifuddin dengan pengetahuan yang beliau miliki, dalam satu tahun ada satu malam dimana Allah menurunkan 12 ribu macam bencana ke dunia ini, yaitu rabu malam terkhir pada bulan Shafar, jadi mandi shafar itu setiap tahun dilaksanakan pada rabu terakhir bulan Shafar,” terang As’ad.

As’ad menjelaskan, untuk menghindari bencana, Syeikh Syarifuddin memerintahkan para muridnya untuk menulis doa yang berawalan kata salamun yang terdapat 7 macam dalam Al-Qur’an, untuk memohon keberkahan kepada Allah SWT, agar dengan berkah ayat suci Al Qur’an bisa terhindar dari segala bencana. Pada awalnya tidak dimandikan, tetapi hanya ditulis di atas kertas kemudian dimasukkan ke dalam gelas air dan airnya diminum.

Lebih lanjut, As’ad mengatakan, kemudian murid-muridnya bertanya bagaimana kalau dimandikan, Syeikh Syarifuddin menjawab tidak apa-apa, maka dimasukkan doa yang telah ditulis tadi ke dalam baskom lalu airnya dimandikan, itulah awalnya proses mandi shafar tersebut dan dilakukan di rumah masing masing.

“Pada tahun 1980, H.Arsyad mengatakan, untuk kebersamaan kita lakukan secara bersama-sama di pantai. Itulah awal mula mandi shafar sampai sekarang dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat Desa Air Hitam Laut di Pantai Babussalam, sekaligus menjadi tamasya tahunan,” pungkas As’ad. (Richi)


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *