Inilah Potret Kemiskinan di Ibukota Sengeti, Sekernan

MUARO JAMBI (WARTANEWS.CO) – Kelurahan Sengeti, sebagai ibukota daerah Kabupaten Muaro Jambi saat ini, ternyata masih banyak ditemukan penduduk miskin dan warga kurang mampu disana, khususnya paling parah mudah dijumpai di wilayah RT 19, Kelurahan Sengeti, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya sepanjang Jalan Suak Putat, Dusun Lubuk Reco.

Ketua RT 19, Kelurahan Sengeti, Kecamatan Sekernan, Abu Hanifah, didampingi istrinya Asniwati mengaku memang masih banyak ditemukan kondisi warganya hidup dibawah garis kemiskinan dari keluarga tidak mampu. “Lebih kurang, ada 28 orang warga miskin di wilayah RT 19, Kelurahan Sengeti, Kecamatan Sekernan,” sebut Abu Hanifah, baru menjabat sebagai ketua Rukun Tetangga (RT) sejak 17 Juni 2018 lalu.

Ditambahkan sebagian warga tidak mampu tersebut, umumnya bekerja dengan para pemilik kebun karet. Mereka menerima penghasilan dibagi dua dengan pemilik kebun. Lalu ada yang bekerja sebagai penarik gerobak sewaan, dan para duda/janda lanjut usia (lansia) yang hidup sendirian tidak bisa berbuat apa-apa. Setiap hari, hidupnya hanya dibantu atas belas kasihan para tetangga dan keluarganya sesama orang dusun.

“Umumnya kehidupan warga kami, dari keluarga tidak mampu itu, sungguh sangat memperihatinkan, seperti warga kami yang bernama Fauzan. Fauzan ini, seorang anak yatim piatu. Rumah tinggalnya sangat tidak layak (huni). Kami berharap ada bantuan Pemerintah, untuk bedah rumah tinggalnya. Lalu Datuk Ramli, duda tua lansia ini, kehidupannya sangat kasihan sekali.

Tidak ado kerjo, hanya mancing itulah, untuk makan sehari-hari, atau kadang-kadang juga sering dibantu tetangga, dan keluarga dari dusun kami, inilah. Kondisi bangunan belakang rumah tinggal Datuk Ramli, jugo samolah dengan (kondisi) rumah Fauzan. Kemudian kehidupan sehari-hari, Datuk Amri, kerjonyo menarik gerobak sewaan ke rumah-rumah. Rumah tinggal Datuk Amri ini, tidak layak. Tiga meter lantainya semen, dan empat meter lagi ke belakang, hanya berupa lantai tanah,” terangnya.

Selanjutnya ungkap Abu Hanifah, kehidupan warga lainnya yang lebih menyedihkan hatinya adalah nasib yang dialami janda tua, Nyai Sialus, akrab dipanggil Nyai Cik, warga Jalan Suak Putat, RT 19, Dusun Lubuk Reco, Kelurahan Sengeti, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi. “Nyai Cik, tinggal sendiri di rumahnya sekarang,” ujarnya.

Asniwati menambahkan umumnya para duda/janda lansia miskin, yang hidup sendiri tinggal di wilayah RT 19, Kelurahan Sengeti ini, kehidupannya sangat memperihatinkan. “Seadonyolah. Secukup-cukup, nyolah,” ungkapnya.

Memang benar, kata Asni, rata-rata kehidupan warganya yang miskin, dan dari keluarga tidak mampu di wilayah RT 19, pada umumnya kondisi bangunan rumah tinggalnya sangat memperihatinkan. “Ado rumah tinggal warga kita, lantainya papan atau lantainya tanah, berdinding papan. Tidak punya WC, tidak punya sumur. Ado juga, yang tidak punyo lampu. Lampunyo, lampu cogok,” jelasnya.

Nenek tua, janda lansia kelahiran 1932 tersebut, ternyata tinggal sendiri di rumah panggungnya, tidak ada kamar Water Closed (WC) dan air. Apabila ingin mandi dan membuang air besar, sangat terpaksa Nyai Cik pergi sendiri ke tepian Sungai Kaos, anak sungai Batang Hari yang mengalir melintasi sepanjang wilayah Sengeti, kerap digunakan warga setempat untuk kebutuhan Mandi, Cuci, dan Kakus (MCK).

Ditemani tetangganya, Siti Rahma, Nyai Cik mengaku sudah empat bulan ini, tidak pernah menerima bantuan beras, atau Beras Sejahtera (Rastra). “Sudah hampir empat bulan ini, tidak dapat lagi. Biasonyo, kami selalu dapat lah, di Kantor Lurah,” kata Siti, juga anggota Kelompok Program Keluarga Harapan (PKH) Kelurahan Sengeti, Kecamatan Sekernan.

Ditambahkan Siti, Nyai Sialus adalah pemegang Kartu Perlindungan Sosial (KPS). Namun KPS tersebut, hanya berlaku setahun yaitu 2013-2014. Nyai Sialus, juga pemegang Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dengan masa berlaku 2014-2019. Akan tetapi diakui cucunya, Susana, justru Nyai Cik tidak pernah sama sekali mendapat bantuan dari Pemerintah selama hidupnya.

“Tidak pernah, Nyai Cik, mendapat bantuan. Cumo pegang, kartu be. Bantuan apapun, tidak ada untuk Nyai (panggilan untuk Nyai/Datuk, adalah sapaan khas adat daerah Sengeti, atau daerah Jambi pada umumnya kepada orangtua/orang yang lebih tua, atau orang tua lansia),” sebutnya sedih.

Untuk menyambung hidupnya, sebut Susan, sehari-hari Nyai Cik bekerja memotong karet di kebun pemilik lahan karet tersebut. “Nyai, sehari-hari kerjo motong karet di kebun orang. Untuk lampu rumah, keluarga yang bantu,” ujarnya lirih.

Selanjutnya masih banyak ditemukan rumah warga miskin tidak layak huni di RT 19, Kelurahan Sengeti, kata Abu, pihak perangkat RT sebelum dijabat dirinya justru telah berungkali menyampaikan kepada Pemerintah untuk bantuan program bedah rumah bagi rumah tempat tinggal warga miskin tidak mampu tersebut.

“Untuk bedah rumah, sudah kita sampaikan. Bahkan sudah ada yang pernah foto-foto salah satu rumah warga kami disini, yakni rumah Fauzan. Seorang anak yatim piatu, yang kini sendirian menunggui rumah buruknya. Kondisi rumah tinggalnya, sangat memperihatinkan. Kayu-kayu sudah pada lapuk, dan bagian belakang rumah, hampir roboh, serta masih banyak lagi warga lainnya, yang perlu dibantu Program Bedah Rumah di wilayah RT 19, Kelurahan Sengeti ini, seperti rumah Datuk Ramli, Datuk Amri, dan lain-lain,” paparnya.

Sepanjang Jalan Suak Putat, RT 19, Dusun Lubuk Reco, Kelurahan Sengeti, paling parah ditemukan kondisi bangunan rumah warga disana, salah satunya rumah tinggal Fauzan. Fauzan (20), anak muda yatim piatu, sudah lama ditinggalkan ayah kandungnya, (Almarhum) Paijan, saat dia berusia dua tahun. Kondisi bangunan tempat tinggal Fauzan, yang paling parah. Kini anak yatim piatu tersebut, pasrah menempati sendirian di rumah panggung tua peninggalan kedua orangtuanya.

Kemudian Fauzan dibesarkan ibu kandungnya, (Almarhumah) Rawifah, hingga menikmati masa pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) hingga Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Muaro Jambi sampai dia lulus pada 2016 lalu. Usai menamatkan pendidikan Madrasah Aliyahnya, dia kembali kehilangan ibu kandungnya. Untuk tetap bertahan hidup, akhirnya dia bekerja sebagai buruh kontrak di PT Bukit Barisan Indah Permai (BBIP), KM 46, Desa Bukit Baling, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi.

“Saya ditinggal ayah saya, (Almarhum) Paijan, sejak umur dua tahun. Ibu saya, (Almarhumah) Rawiyah, sudah meninggal sejak saya tamat Madrasah Aliyah (MAN 3 Muaro Jambi), tahun 2016 yang lalu. Kini saya hidup sendiri, dan sudah lama rumah orangtua saya ini, tidak pernah dibantu (Pemerintah), atau tidak ada yang peduli dengan nasib saya,” ungkapnya sedih kepada wartanews.co, Jum’at (01/02/2019) di Sengeti.

Saat ditanya soal kondisi bangunan dia tempati sekarang, menurutnya, apabila hujan gerimis atau rintik-rintik, air hujan mudah masuk ke dalam rumah. Apalagi bila air hujan, turun dengan lebatnya. Akan tetapi, dia pasrah, tetap bertahan untuk tetap tinggal dirumah tuanya walaupun bocor disana-sini. “Rumah sayo ko, tak belampu. Hanya ado lampu cogok (maksudnya lampu sumbu minyak tanah), itulah,” ujarnya logat kental bahasa dusun khas Sengeti.

Fauzan mengaku dia tidak memiliki kartu-kartu bantuan sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial seperti dirinya, seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS), KKS, atau kartu sosial sejenis lainnya. “Pernah saya dibantu, saat sekolah di Aliyah (MAN 3 Muaro Jambi), melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) oleh guru saya. Selain itu. tidak ada. Kalo ado, bantuan bedah rumah, atau yang lainnya. Aku maulah,” sebutnya antusias.

Kondisi bangunan tempat tinggal Fauzan, sungguh sangat memperihatinkan. Mudah sekali roboh, condong ke belakang. Lantai rumah papan, sudah pada lapuk, dan dinding rumah bolong-bolong disana-sini. (Afrizal)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *