Jambi (WARTANEWS.CO) – Melalui Berita Resmi Statistik bulan Juni 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Jambi merilis perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Jambi.
“Bulan Juni 2024, Kota Jambi mengalami deflasi sebesar -0,04% atas inflasi month to month (mtm) bulan Mei sebesar 0,29%. Untuk Inflasi year on year (yoy) bulan Juni 2024 terhadap Mei 2023, tercatat sebesar 2,89%. Angka ini lebih rendah dibanding inflasi yoy Mei 2024 sebesar 3,22%. Terakhir Kota Jambi mengalami deflasi pada bulan April lalu,” jelas Hendra, Kabag Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setda Kota Jambi, pada Senin (01/7/2024).
Kota Jambi juga mengalami Inflasi Year to Date (YtD) sebesar 1,42% dengan Indeks Harga Konsumen atau IHK Kota Jambi bulan Juni 2024 sebesar 106,62, berbanding IHK bulan Mei tercatat sebesar 106,66.
Kota Jambi berada pada posisi terendah dibanding Muara Bungo dan Kerinci, yang menjadi daerah IHK lainnya di Provinsi Jambi, bahkan lebih rendah dibanding Inflasi umum di Provinsi Jambi. Deflasi tersebut menurut Hendra, diakibatkan oleh beberapa faktor yang cukup menarik untuk dianalisa.
“Kelompok Makanan, Minuman dan tembakau tetap memberi andil terbesar pembentuk deflasi bulan Juni, sama seperti bulan sebelumnya. Namun beberapa kelompok pengeluaran lain cukup menarik disimak, karena mengalami penurunan konsumsi, sehingga secara tidak langaung mencerminkan pola konsumsi masyarakat Kota Jambi secara umum pada bulan Juni lalu,” beber Hendra.
Lebih lanjut Hendra sampaikan bahwa kelompok pengeluaran masyarakat yang mengalami penurunan adalah seperti kelompok pakaian dan alas kaki menyumbang andil inflasi sebesar -0%, kelompok perumahan, air, listrik, bahan bakar rumah tangga sebesar -0,02%, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar -0,01%, kelompok kesehatan sebesar -0,12%, dan kelompok informasi, komunikasi, jasa keuangan, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya, serta kelompok pendidikan, seluruhnya masing-masing memberi andil sebesar 0%.
“Dapat kita katakan bahwa pada bulan Juni, masyarakat menahan sejumlah pengeluaran rutin dan konsumsi, untuk beberapa faktor penyebab. Ini bisa disebabkan faktor siklus musiman dan bisa juga faktor random, akibat beberapa momen yang berdekatan. Seperti Iduladha dan pada bulan berikutnya, Juli tahun ajaran baru. Tentu saja masyarakat harus berhemat sebagai persiapan dan ini mempengaruhi kondisi inflasi secara umum,” ungkapnya.
Walaupun deflasi, Hendra juga sampaikan bahwa pada Juni terdapat beberapa komoditas pendorong inflasi. Seperti cabai merah yang sempat menyentuh angka Rp.80.000 per kilogram diawal bulan dan terus melandai pada angka Rp25.000-Rp.30.000 hingga akhir bulan. Pempek dan kopi bubuk juga menyumbang andil inflasi, selain angkutan udara, yang mengindikasikan mobilitas masyarakat pada libur hari besar keagamaan nasional Iduladha beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan itu, Sekretaris TPID Kota Jambi itu juga sampaikan bahwa Pemkot Jambi terus mewaspadai akan terjadi anomali inflasi pada bulan berikutnya, yang disebabkan berbagai faktor.
“Tentu saja kedepan kita terus akan memantau dan mewaspadai adanya anomali yang berbeda pada bulan Juli. Tahun ajaran baru segera dimulai, berimbas meningkatnya pola konsumsi masyarakat pada beberapa komoditas. Juga faktor cuaca patut diwaspadai, karena menurut BMKG pada bulan Juli akan mulai memasuki musim kemarau, berdampak pada produksi tanaman pangan. Ini harus kita sikapi dan antisipasi dengan baik, dari sisi strategi dan kebijakannya, agar upaya pengendalian inflasi yang selama ini fokus diatensi oleh Ibu Pj. Wali Kota, terus dapat kita kendalikan dengan baik,” pungkas Hendra. (*)