JAMBI (WARTANEWS.CO) – Gubernur Jambi Zumi Zola Zulkifli, S. TP, MA dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Sekda Provinsi Jambi Drs. H. M. Dianto, M. Si menyatakan bahwa salah satu komoditi perkebunan yang banyak dan telah lama diusahakan oleh masyarakat di provinsi Jambi adalah kelapa sawit dimana kondisi ini didukung oleh agroklimat yang cocok, potensi pasar dan kultur budaya masyarakat .”Dengan demikian komunitas kelapa sawit ini memainkan peranan yang penting dan strategis di provinsi Jambi. Hal ini dapat dilihat dengan menggeliatnya perekonomian di daerah -daerah sentra perkebunan kelapa sawit yang merupakan salah satu komoditi unggulan Provinsi Jambi yang dapat menggerakkan ekonomi masyarakat” ujar Gubernur.
Pernyataan ini disampaikan pada sosialisasi Peremajaan Sawit Rakyat tahun 2018 Jambi (5/4) ,bertempat di Swiss Bel hotel. Hadir pada kesempatan ini Kadis Perkebunan Provinsi Jambi Ir. Agusrizal, Direktur Jenderal perkebunan Kementrian Pertanian RI Budi Gunadi, Bsc. M. Si, Direktur Utama BPDPKS diwakili oleh Kepala Divisi Pemungutan Biaya dan Iuran CPO Ir. Wawan Hardiwinata, M. Sc, dan Forkompimda.
Dilanjurkan Gubernur bahwa pelaksanaan rapat koordinasi ini memberikan arti yang sangat strategis dalam konteks pemberdayaan petani kelapa sawit karena dengan berkelanjutan pertumbuhan kelapa sawit yang telah tua atau di atas 23 hingga 30 tahun produktivitas TBS akan sudah menurun jumlahnya, dan akan mengurangi pendapatan petani. “Saya mengharapkan kepada semua peserta rapat koordinasi ini agar dapat mengikuti kegiatan ini secara seksama dengan harapan semua ketentuan yang berkaitan dengan peremajaan kelapa sawit yang nantinya disampaikan tim dari Kementerian akan secara gamblang dan peserta yang mewakili kelompok atau kelompok tani secara jelas mendapatkan informasi” ujarnya.
Sementara itu Sekda Provinsi Jambi H. M. Dianto, MSi dalam sesi wawancara menjelaskan bahwa perkebunan sawit telah ada di Provinsi Jambi sejak tahun 1982 dan jika dihitung jumlah luas perkebunan yang lebih dari 63.115,24 hektar dan seharusnya diremajakan . ” Sesuai dengan keputusan presiden nanti akan mendapatkan dukungan peremajaan itu 25 juta per hektar setelah kami di hitung kalau petani itu mau meremajakan kebun dana tersebut tidak cukup ,dibutuhkan dana sekitar Rp 66 juta ko, dan tadi kami bicarakan dana itu bisa diperoleh dengan melakukan kerjasama dengan pihak perbankan untuk mencukupi, kelompok tani atau KUD harus lagi minjam uang ke bank mereka nanti melakukan akad kredit dengan pihak perbankan. Diharapkan nanti target dari Kementerian Pertanian khususnya Ditjen perkebunan dapat ditangkap oleh petani oleh kelompok petani atau KUD atau kelompok kita dari plasma lainnya sehingga ini dapat bergulir jadi tidak stagnan produksi dari sawit atau CPO Jambi”ungkap Sekda.
Dilanjutkan Sekda bahwa pemerintah akan melakukan pengawasan terhadap dana tersebut. “Dana itu memang harus benar-benar sampai ke para petani ,lalu petani itu pun nanti ada persyaratan lebih khusus lagi bahwa lahan itu memang tidak bermasalah Lalu tanah yang mau dianggunkan ke bank sudah punya surat yang secara pasti dimiliki oleh petani atau tidak dalam sengketa, tidak beda kepemilikan”jelasnya.
Sementara itu Direktur Jenderal perkebunan Kementrian Pertanian RI Budi Gunadi, Bsc. M.Si menyatakan bahwa forum ini adalah sebuah subsektor yang sangat memberikan peranan penting dalam kehidupan bangsa Indonesia ini, dimana ada 120 komoditas perkebunan yang diamanatkan untuk dikembangkan oleh negara dan sekarang baru 16 komoditas perkebunan yang dikembangkan.
” 16 komoditas itu sudah membuat negara-negara lain menjadi agak ketar-ketir. Berbicara salah satu komoditas perkebunan sawit saja misalkan Indonesia itu sudah menancapkan dirinya sebagai produsen sawit nomor wahid di dunia dengan lebih 5,1 juta hektar di antaranya dimiliki oleh rakyat. “Hitungan kita dalam satu tahun bisa menghasilkan rupiah sebanyak Rp 426 triliun putih dan separuhnya itu disumbangkan dari sawit raya ini dalam kondisi sawit Kita masih produktivitasnya jauh dibandingkan dengan potensinya .Yang ada sekarang produktivitas rata-rata sawit Kita secara nasional itu baru sekitar 3,6 ton CPO per hektar per tahun sementara negara di sebelah itu sudah lebih dari 8 ton CPO per hektar per tahun dan rendahnya produktivitas nasional sawit kita itu lebih banyak dikarenakan atau disumbangkan oleh produktivitas sawit rakyat yang masih relatif rendah jauh di bawah potensinya rata-rata baru sekitar 2,1 ton per hektar per tahunnya Padahal kita punya sebuah cita-cita visi perkebunan ini untuk sawit khususnya adalah 35 ton TBS per hektar per tahun dan 26% CPO per hektar per tahun”jelas Budi.
Disampaikan Budi bahwa dengan peningkatan kualitas meningkatkan sawit rakyat sampai 8000 ton per hektar tidak perlu lagi untuk perluasan ,dapat digunakan untuk pembibitan. “Masyarakat difokuskan pada kegiatan-kegiatan peningkatan produktivitas,dan kegiata harus membangun sebuah kesepahaman dari semua stakeholder yang ada kegiatan peremajaan ini yang terpenting adalah bagaimana mengangkat harkat martabat dan kesejahteraan para petani khususnya para petani sawit harus, seluruh stakeholder yang ada perlu bergandengan pemerintah, birokrasi para pengusaha petani perbankan dan dari aparat pengawasan kepolisian dan keamanan harus mampu memberikan pengawalan yang maksimum”jelasnya. (Maria)