JAMBI (WARTANEWS.CO) – Penjabat Sekretaris Daerah (Pj.Sekda) Provinsi Jambi, H.Sudirman,SH.,MH., mengemukakan, pengelolaan Candi Muaro Jambi nantinya akan diterapkan pola pola komunitas yang ada di kawasan percandian tersebut, dimana sampai saat ini sudah ada beberapa komunitas pelestari dan pengembangan Candi Muaro Jambi yang sudah melakukannya.
Hal tersebut dikemukakan Sudirman usai melakukan Video Conference dengan Tema Bincang Bincang Kawasan Cagar Budaya Nasional Muaro Jambi, yang berlangsung di Ruangan Utama Kantor Gubernur Jambi, Selasa (28/04).
“Video conference bersama Bapak Dirjen Kebudayaan dan beberapa teman dari komunitas tadi intinya adalah upaya kita bersama dalam rangka mengembangkan kawasan percandian Muaro Jambi menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk semuanya, baik itu sektor pariwisata, ekonomi, budaya dan sejarah. Untuk itu, pengelolaan Candi Muaro Jambi nantinya akan kita terapkan menggunakan pola komunitas yang ada di kawasan percandian tersebut,” ujar Sudirman.
“Pengelolaan Candi Muaro Jambi ini berbeda dengan pengelolaan Candi Borobudur, yang mana pengelolaannya dilakukan oleh pihak swasta. Semoga pengelolaannya akan menjadi lebih baik lagi melalui pola komunitas yang diterapkan, dimana saat ini sudah mulai tumbuh komunitas komunitas yang peduli dengan Candi Muaro Jambi,” tambah Sudirman.
Sudirman menyampaikan, komunitas ini merupakan orang orang sekitar yang peduli dengan warisan budaya dan para komunitas inilah yang nantinya membantu pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dan mengelola Candi Muaro Jambi. Semoga dengan pengelolaan secara mandiri melalui pola komunitas bisa lebih baik dibandingkan dengan pengelolaan melalui pihak swasta.
Lebih lanjut, Sudirman mengungkapkan ada beberapa catatan penting yang harus menjadi perhatian bersama untuk menjadikan Candi Muaro Jambi sebagai situs warisan dunia yang ditetapkan oleh UNESCO, salah satunya adalah kemanfaatan dari keberadaan candi tersebut bagi masyarakat sekitar harus membawa dampak yang positif, bukan hanya dari segi pariwisata saja.
“Beberapa catatan penting itulah yang menjadi tugas kita bersama dalam melakukan pengelolaan Candi Muaro Jambi, sehingga UNESCO bisa menetapkan Candi Muaro Jambi sebagai situs warisan dunia. Kita nantinya akan mengembangkan sistem zonasi untuk kawasan percandian Muaro Jambi dan menghidupkan kembali kanal kanal yang ada sebagai salah satu upaya dalam mendorong Candi Muaro Jambi sebagai situs warisan dunia,” ungkap Sudirman.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hilmar Farid, mengatakan dampak dari covid-19 ini sangat luas sekali, salah satunya adalah terhentinya rencana pengembangan kawasan cagar budaya nasional Muaro Jambi yang sudah sejak awal direncanakan bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
“Saya kira, masa covid-19 ini merupakan suatu kesempatan bersama untuk memperbaiki semuanya terkait tata kelola yang lebih baik kedepannya pada suatu cagar budaya, khususnya kawasan percandian Muaro Jambi,” kata Hilmar.
Hilmar mengingatkan, dalam melakukan pengembangan kawasan percandian Muaro Jambi bukan hanya fokus pada fisiknya saja berupa peninggalan peninggalan sejarah tapi harus juga mengembangkan pengetahuan pengetahuan yang muncul dari masa ke masa terkait dengan kepedulian terhadap situs cagar budaya yang ada, contohnya tentang kepedulian pengetahuan tradisional yang semakin meningkat setiap tahunnya seperti jamu.
“Saya yakin di kawasan percandian Muaro Jambi ini banyak sekali pengetahuan tradisional, baik dari segi lingkungan maupun tanamannya karena kawasannya berdekatan dengan hutan yang kaya akan sumber daya. Saya mengharapkan kedepannya, kawasan percandian Muaro Jambi ini bisa lebih mengedepankan kepedulian terhadap pengetahuan pengetahuan terkait dengan situs yang ada, khususnya kesehatan tradisional,” pungkas Hilmar. (Richi)