JAMBI (WARTANEWS.CO) – Seorang remaja disabilitas seolah membuka pikiran masyarakat melalui karya tulisnya. Sudut pandang sebagai penyandang disabilitas yang kerap merasakan sakit serta motivasi untuk bangkit tersaji dalam buku tersebut. Dalam buku tersebut tertulis sebuah ungkapan, pengalaman dan rasa sakit hati yang kerap diremehkan dan didiskriminasi serta mengajarkan untuk bangkit kembali.
Indra Ramadhan, warga Rt 27 Rw 06 No. 56 Kelurahan Thehok, Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi, saat dikonfirmasi awak media, Rabu (01/07/2020) merupakan penyandang disabilitas yang berusia 17 tahun. Secara tidak langsung dirinya mendobrak pikiran masyarakat melalui karya tulis yang dibuatnya.
Tulisan yang dimaksud berjudul “Bukan Puisi, Bukan Juga Novel, Tapi D (Disabilitas)” dimana sudut pandang sebagai penyandang disabilitas yang kerap merasakan sakit serta motivasi untuk bangkit tersaji dalam buku tersebut.
“Kita sama.
Siapapun kalian, apapun yang kalian rasakan, rasa sakit yang bagaimana yang kalian genggam.
Kalian tidak sendiri.
Ada orang orang yang selalu akan tersenyum untuk kalian, memberi kekuatan, merangkul, lalu melangkah bersama kalian, berjuang.
Kita sama.
Dan untuk itu saya hadir, untuk bercerita, saling mengerti, lalu bersama melangkah.
Mohon maaf jika ada yang salah dalam kata-kata, semoga apa yang saya niatkan, Allah sampaikan.”
Tulisan tersebut adalah sepenggal karya tulis Indra Ramadhan yang diharapkan dapat membuat semua pembaca menjadi termotivasi untuk bangkit.
Indra Ramadhan yang biasa dipanggil Rahma ini mengatakan, bahwa para penyandang disabilitas tidak bisa diremehkan begitu saja, karena mereka memiliki bakat tertentu untuk menunjukkan kemampuan para penyandang disabilitas.
Diketahui buku yang ditulis memakan waktu selama 1 bulan, tepat pada bulan Ramadhan yang lalu. Sekitar pukul 01.00 WIB hingga pukul 02.00 WIB dini hari sebelum masuk waktu sahur merupakan waktunya untuk mengeluarkan isi pikirannya di sebuah smartphone android miliknya dan menjadikannya sebuah kata-kata.
Walaupun awalnya Rahma tampak kesulitan untuk menggunakan smartphone android, tapi hal itu tidak menyulitkan Rahma, karena dirinya sekarang sudah terbiasa menggunakan smartphone android tersebut. Walau dengan kekurangan yang ia miliki, pada akhirnya karya tulis yang disajikan di sebuah buku selesai tepat pada malam takbiran yang lalu.
Saat awak media berdiskusi ringan bersama Rahma, dirinya tidak segan menceritakan cita-cita yang ia inginkan. Cita-cita Rahma yakni membuka sebuah yayasan untuk para penyandang disabilitas yang didalamnya hanya berisi para penyandang disabilitas untuk diajarkan membuat karya tulis. Di yayasan itu pula karya tulis yang dibuat para penyandang disabilitas diterbitkan. (cbf)









