KOTA JAMBI (WARTANEWS.CO) – Mami Nurhayati -sapaan Nurhayati, pemilik Lembaga Pelatihan Keterampilan (LPK) “Sri Rita” terkenal di Kota Jambi tepatnya Jalan Jenderal Sudirman, The Hok. Justru ternyata bagi sebagian warga Jambi sendiri, belum banyak yang mengetahui cerita di masa kecilnya bahwa Nurhayati ini, adalah Qoriah yakni pembaca Ayat-ayat Suci Al Quran yang dilantunkan dengan nada yang indah di wilayah Pedemangan, Kotamadya Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta (sekitar 1973-1980). Usai ia menamatkan jenjang pendidikan formalnya, di salah satu SD negeri di daerah Simbur Naik, Kabupaten Tanjung Jabung.
Saat itu, Kabupaten Tanjung Jabung sebelum pemekaran wilayah kabupaten menjadi dua wilayah yakni masing-masing Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Tepatnya di Desa Simbur Naik, Kecamatan Muara Sabak Timur (sekarang namanya berubah menjadi Kabupaten Tanjung Jabung Timur). Mengaji bagi Nurhayati sendiri, adalah kewajiban yang sudah ditekuninya sejak ia kecil sampai sekarang.
Dibalik itu ada cerita menarik, disebutkannya bahwa nama Nurhayati (64 tahun usianya saat ini), bukan nama asli yang diberikan langsung oleh kedua orangtua kandungnya yang sudah meninggal dunia, masing-masing yaitu ayah kandungnya yang bernama (Almarhum) Haji Daeng Mattiro, dan ibu kandungnya bernama, (Almarhumah) Hajjah Matahari.
“Nama asli saya yang sebenarnya adalah Sam Sam, yang diberikan oleh kedua orangtua saya, yakni Ayah saya (Almarhum) Daeng Haji Mattiro, dan Ibu saya (Almarhumah) Haji Matahari kini sudah meninggal dunia. Sedangkan nama Nurhayati yang dikenal sekarang ini, justru saya peroleh dari kisah cerita Pahlawan perempuan asal Padang, Sumatera Barat yang terkenal dari cerita buku sejarah di sekolah. Saat saya masih di SD dulu, di SD Negeri Kuala Enok di Riau sekarang, dan sejak itu nama saya pun berubah menjadi Nurhayati yang dikenal sekarang ini. saat itu saya masih kelas 2 SD,” ungkapnya.
Seraya menambahkan, kata Mami, dirinya hanya menyelesaikan pendidikan formalnya di bangku SD saja. Usai itu, dia bersama semua keluarga besarnya pindah ke DKI Jakarta, tepatnya ke wilayah Pedemangan, Kotamadya Jakarta Utara pada tahun 1973. Lalu melanjutkan pendidikan khusus keagamaan tetapi bukan pendidikan Madrasah justru Nurhayati lebih memilih mendalami pengajian Al Quran sejenis TPQ sekarang (Tempat Pengajian Al Quran) di Mesjid Istiqlal, Jakarta Pusat seminggu sekali. “Seminggu sekali, saya harus mengaji di Mesjid Istiqlal Jakarta, setiap hari Minggu pagi, sejak pukul 08.00-13.00 WIB,” ujarnya
Sejak dia tertarik ingin mengubah namanya menjadi Nurhayati itu, lanjutnya kembali menceritakan, disampaikan kepada ibu kandungnya, Hajjah Matahari untuk segera mengubah namanya menjadi Nurhayati, yang diambilnya dari cerita sosok Pahlawan perempuan yang hebat asal Padang, Provinsi Sumatera Barat dari cerita buku sejarah yang dibacanya saat masih bersekolah di SD Kuala Enok, Riau. Mami Nurhayati, sebutnya, untuk menyelesaikan studi pendidikan di bangku SD hanya membutuhkan waktu empat tahun, sementara siswa SD umumnya butuh waktu enam tahun untuk tamat sekolah tetapi dia tidak hanya menamatkan sekolah selama empat tahun saja.
“Saat itu saya masih bersekolah di SD Kuala Enok, di Riau. Waktu itu, masih kelas 2 SD, sekitar umur 10 tahun. Saya sampaikan kepada ibu saya, Mamak saya ingin merubah nama saya menjadi Nurhayati, yang dikisahkan sebagai sosok Pahlawan perempuan yang hebat asal Padang, Sumatera Barat dari cerita buku sejarah. Lantas ibu saya pun langsung mengiyakan keinginan saya, untuk merubah nama saya dari Sam Sam menjadi Nurhayati,” paparnya.
Mami Nurhayati merupakan anak kedua dari delapan orang bersaudara dari pasangan suami istri, Haji Daeng Mattiro dan Hajjah Matahari dari darah keturunan Suku Bugis Bone, suku yang terkenal dari Provinsi Sulawesi Selatan ini. Kini dia merupakan satu-satunya Tutor paling senior di lembaga pelatihan keterampilan dan kursus yang ada di Provinsi Jambi saat ini. Nurhayati mendirikan Lembaga Pelatihan Keterampilan (LPK) yang terkenal di Provinsi Jambi yaitu LPK Sri Rita di daerah The Hok, Kota Jambi pada 20 April 1996 lalu sampai sekarang.
Nurhayati menikah di Jakarta dengan (Almarhum) Patahangi tahun 1970 yang dijodohi oleh kedua orang tuanya. Patahangi, warga Desa Simbur Naik, (Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur ini), datang ke Jakarta bersama keluarga besarnya untuk melamar Nurhayati, dari perkawinannya dengan Patahangi telah dikaruniai sebanyak enam orang anak yang cantik-cantik dan tampan.
Masing-masing keenam anaknya tersebut, yakni Fitriyani, Rita Efriyani, Lukman, Ashar, Rizki Saputra, dan Rido Juan Saputra. “Hanya Rizki Saputra, dan Rido Juan Saputra yang belum menikah saat ini. Kakak-kakaknya yang lain, sudah menikah semua, dan kini saya telah memiliki 13 orang cucu, yang manis-manis dan lucu. Anak kelima saya, yakni si Kiki, panggilan untuk si Rizki Saputra, dia kini berada di Jepang dan sudah bekerja disana sejak 2019 lalu sampai sekarang. Sementara anak saya si bungsu yakni Rido, panggilan akrab untuk Rido Juan Saputra, saat ini dia masih kuliah di Akper Garuda Putih (Gapu) Jambi, dan dia sebentar lagi segera tamat kuliahnya,” bebernya.
LPK Sri Rita telah banyak bermitra dengan berbagai instansi/dinas milik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (pemda) di tingkat provinsi, kabupaten/kota di Provinsi Jambi sampai saat ini.
“LPK Sri Rita, pertama kali didirikan pada tanggal 20 April 1996 di Kota Jambi, oleh persetujuan dari Kantor Departemen Tenaga Kerja Kota Jambi, yang ditandatangani langsung oleh Kepala Kantor Departemen Tenaga Kerja Kota Jambi saat itu, Bapak Drs Haris Rachim, dan nama pertama didirikan awalnya adalah Lembaga Kursus Rita pimpinan waktu itu saya sendiri, Nurhayati. Akan tetapi justru membawa keberuntungan, saat kunjungan dari Kantor Departemen Tenaga Kerja dari Pusat berkunjung ke Jambi untuk mencari-cari nama Lembaga Kursus Sri Rita, tidak berhasil ditemukan mereka. Lucunya lagi, ada pihak Departemen Tenaga Kerja Pusat malah mencari Lembaga Kursus Sri Rita yang dipimpin oleh saya sendiri,” jelasnya.
“Nampak lucu memang awalnya, nama lembaga kursus yang saya pimpin ini, yang semula namanya adalah Lembaga Kursus Rita, yang diambil dari nama anak kandung saya yang nomor dua yakni Rita Efriyani. Justru membawa keberuntungan, malah berubah namanya menjadi Lembaga Kursus Sri Rita, dan berubah lagi menjadi LPK Sri Rita yang dikenal sampai dengan sekarang ini, dengan membuka empat jurusan untuk pelatihan keterampilan dan kursus yang diingini oleh masyarakat Jambi,” sebutnya.
Kembali cerita soal lembaga kursus yang didirikannya pertana kali mendapat pesertujuan oleh Kantor Departemen Tenaga Kerja Kota Jambi pada 1996 yang lalu, awaknya membuka pelatihan keterampilan menjahit. Seiring dengan perkembangan kemajuan dunia kerja dan kesempatan berusaha yang diingini oleh masyarakat Jambi maka sekarang LPK Sri Rita telah membuka empat jurusan program keterampilan, yaitu masing-masing keterampilan Menjahit, Tata Rias Pengantin, Salon, dan Tata Boga. (Afrizal)









