Jaga Budaya dan Akhlak Masyarakat Kota Jambi, Adat Jadi Benteng Terakhir


JAMBI – Perkembangan dan kemajuan zaman selain membawa dampak positif, seringkali juga menggiring sebagian besar masyarakat dalam pola kehidupan yang cenderung bergeser dari nilai kepribadian luhur budaya dan agama pun tak luput dari perhatiannya. Bagi sosok seoran Walikota Jambi H. Syarif Fasha, hal tersebut merupakan tantangan yang wajib disikapi dengan bijak jika masyarakat tidak ingin terjadi pergeseran budaya yang kontras.

Perhatian Wali Kota Jambi H. Syarif Fasha selaku pemangku adat Tanah Pilih Pusako Batuah Kota Jambi memang tidak diragukan lagi. Sejak awal memimpin, ia menaruh perhatian besar kepada pelestarian adat daerah, seperti pada tahun pertamanya memimpin (2014-red), Ia telah menerbitkan Keputusan Wali Kota Jambi tentang muatan lokal adat budaya daerah di sekolah-sekolah di Kota Jambi. Selain itu, Wali Kota Fasha juga pernah mengeluarkan himbauan agar setiap prosesi pernikahan dari suku atau etnis apapun di Kota Jambi, agar menggunakan adat budaya Jambi setidaknya memakai seloko adat melayu Jambi.

“Peran pemangku adat dan budaya diharapkan menjadi benteng terakhir filtrasi budaya yang tendensinya ke arah negatif dan juga diharapkan menjadi role model bagi restorasi akhlak dan budaya ditengah masyarakat”. Hal tersebut diutarakan oleh Wali Kota Jambi H. Syarif Fasha saat dirinya bersama Wakil Ketua Lembaga Adat Melayu Provinsi Jambi, Datuk Abdul Kadir Husin, mengukuhkan Pengurus Lembaga Adat Melayu (LAM) Tanah Pilih Pusako Batuah Kota Jambi periode 2017-2022, bertempat di Balai Lembaga Adat Tanah Pilih Kota Jambi Kotabaru (19/5).

Turut hadir pada pengukuhan tersebut, seluruh pengurus Lembaga Adat Melayu Tanah Pilih Kota Jambi, Anggota DPRD Kota Jambi Afrizal, Plt. Sekretaris Daerah Kota Jambi H. Mukhlis, para Asisten dan Staf Ahli Walikota Jambi, Unsur Forkompinda dan jajaran OPD Kota Jambi.

Terpilih kembali sebagai ketua Pengurus Lembaga Adat Melayu (LAM) Tanah Pilih Pusako Batuah Kota Jambi periode 2017-2022, Datuk Azrai Albasyari. Tokoh sepuh adat melayu Jambi tersebut, dipercaya kembali oleh seluruh pemangku adat Tanah Pilih Kota Jambi, untuk menaungi kelembagaan dan organisasi Lembaga Adat Melayu Kota Jambi 5 tahun kedepan.

Walikota Jambi H. Syarif Fasha juga berharap kepada LAM Kota Jambi untuk lebih meningkatkan perannya, membina adat Kota Jambi yang terkenal dengan slogan, “Adat Bersendi Syara, Syara Bersendikan Kitabullah”, dimulai dari lingkungan masyarakat terkecil, keluarga dan mulai memfokuskan pada pembinaan generasi muda penerus bangsa.

“Sejalan dengan perkembangan Tanah pilih Pusako Betuah menjadi Kota besar, resikonya semua kebudayaan akan masuk ke Kota Jambi. Semua teknologi tidak bisa di cegah. Disanalah peran adat dengan segala kearifannya, memberikan contoh yang baik bagi masyarakat.” kata Fasha.

Peran LAM Kota Jambi pun menurut Fasha tidak perlu diragukan lagi. Banyak yang telah dilakukan oleh selama ini bagi masyarakat Kota Jambi. Tidak hanya pada saat hajatan pernikahan, peran LAM nyata dalam memfasilitasi kondusifnya Kota Jambi pasca kasus penistaan lafadz Allah beberapa waktu lalu. LAM Kota Jambi juga telah memfasilitasi mengislamkan ratusan Suku Anak Dalam di Kota Jambi.

Fasha pun berharap agar program yang dibuat oleh LAM Kota Jambi, diharapkan dapat di implementasikan dengan baik dan dapat mengangkat marwah adat melayu Kota Jambi. “Kami akan mendukung, mensupport kegiatan dan program yang akan dilaksanakan LAM Kota Jambi. Wali Kota Jambi selaku pemangku adat, akan tetap berdiri dibelakang LAM,” ujarnya.

Selain menyediakan anggaran khusus untuk kegiatan LAM, Pemkot Jambi juga akan melakukan renovasi Balai Adat Kota Jambi termasuk dengan menambah fasilitasnya.

Sementara itu, karena minimnya icon daerah sebagai kebanggaan warga Kot Jambi, Wali Kota Fasha berencana dalam waktu dekat ini akan membangun Tugu Keris Siginjai di kawasan Kotabaru.

Fasha juga berpesan kepada para pengurus LAM, agar mengesukasi masyarakat tentang tatacara dan adab dalam memakai pakaian dan atribut adat yang sesuai pada tempatnya dan peruntukannya. Pakaian adat dan atributnya bukan untuk digunakan setiap hari, yang dapat menghilangkan marwah dan wibawa dari pakaian tersebut.

“Saya harap Datuk Azrai sebagai Ketua Lembaga Adat Melayu Kota Jambi, nantinya akan dibuat suatu keputusan yang jelas mengenai tatacara dan adab penggunaan pakaian dan atribut adat untuk Kota Jambi,” jelasnya.

Dalam sambutan mewakili Ketua LAM Sepucuk Jambi Sembilan Lurah, Wakil Ketua LAM Provinsi Jambi Datuk H. Abd. Kadir Husein juga sempat memuji Wali Kota H. Syarif Fasha yang juga sebagai Pemangku LAM Kota Jambi.

“Kami LAM Provinsi Jambi memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada Bapak H. Syarif Fasha Wali Kota Jambi selaku Pemangku Adat Melayu Tanah Pilih Pusako Batuah Kota Jambi, karena beliau secara pribadi telah membantu peng-Islaman Suku Anak Dalam (SAD) untuk memeluk agama Islam, pelaksanaannya pun berlangsung di Balai Adat ini,” tutur Kadir Husein.

Sementara, Datuk Azrai Al Basyari Ketua Lembaga Adat Melayu Kota Jambi, mengatakan bahwa pakaian adat Tanah Pilih Pusako Betuah Kota Jambi, terdiri dari lacak, baju, pendeng, dan keris. Ia menjelaskan, lacak adat melayu Kota Jambi ada 3 jenis, yakni lacak ayam patah kepak, lacak gagak inggap, dan lacak pucuk rebong.

Semua lacak tersebut sebut Azrai ada makna dan artikulasinya. “orang adat tidak pernah memakai yang tidak tau arti dan maknanya. Pakaian adat ini hanya dipakai pada acara resmi, seperti musda, mengiring rajo satu hari, pemberian gelar adat, menerima tamu kehormatan dari negara dan manca negara,” kata Azrai.

Kalau keseharian orang adat kata Azrai, pakaiannya adalah teluk belango dengan atasan kopiah hitam. “Kalau pakai teluk belango, harus pakai kopiah hitam,” pungkasnya.



(wartanews.co/hms)


Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *