Jambi (WARTANEWS.CO) – Kota Jambi kembali alami deflasi secara beruntun. Setelah sebelumnya bulan lalu deflasi, Juli 2024 Kota Jambi kembali terjadi deflasi sebesar -0,84 persen.
“Berdasarkan rilis resmi Badan Pusat Statistik, Indeks Harga Konsumen atau IHK bulan Juli 2024 untuk Kota Jambi kembali tercatat mengalami deflasi sebesar -0,84 persen (mtm) dan inflasi tahunan menurun menjadi 1,67 persen (yoy) lebih rendah dari realisasi bulan sebelumnya Juni 2024 sebesar 2,89 persen (yoy). Sebelumnya pada bulan Juni 2024, Kota Jambi juga mengalami deflasi sebesar -0,04 persen (mtm),” sebut Hendra Saputra, Kepala Bagian Perekonomian dan SDA Setda Kota Jambi dalam siaran persnya, Kamis (01/8/2024).
Indeks Harga Konsumen atau IHK bulan Juli 2024 untuk Kota Jambi jelas Hendra, sebesar 105,72, lebih rendah dibanding IHK bulan Juni sebesar 106,62 dan Inflasi year to date (ytd) Juli 2024 terhadap Juli 2023 sebesar 0,56 persen.
Angka tersebut menurutnya, secara umum juga lebih rendah dari angka inflasi nasional dan provinsi. Angka inflasi mtm nasional, terjadi deflasi sebesar -018 persen, inflasi yoy nasional sebesar 2,13 persen, dengan IHK sebesar 106,09. Sedangkan angka inflasi Provinsi Jambi juga tercatat mengalami deflasi atas inflasi mtm sebesar -0,82 persen, inflasi yoy sebesar 2,14 persen, dengan IHK sebesar 106,00.
“Deflasi yang kembali terjadi bulan ini secara angka, terbesar juga masih disumbang oleh kelompok pengeluaran makanan minuman dan tembakau, dengan nilai -3,14 persen. Komoditasnya antara lain, cabai merah, bawang merah, daging ayam ras, bawang putih. Sedangkan komoditas penyumbang inflasi tahunan yoy juga disumbang oleh kelompok pengeluaran makanan minuman dan tembakau, sebesar 3,36 persen, dengan komoditas beras, cabai merah, kopi bubuk, cabai rawit. Emas perhiasan juga memberi andil sebesar 0,16 persen,” jelas Hendra.
Fenomena deflasi selama dua bulan berturut-turut menurut Hendra, diakibatkan faktor melimpahnya beberapa komoditas volatile food yang tersedia di pasaran.
“Deflasi yang terjadi disuatu daerah juga menjadi indikasi bahwa terjadi penurunan konsumsi atau daya beli masyarakat dalam periode tertentu. Namun dalam kasus kali ini deflasi disebabkan oleh faktor melimpahnya ketersediaan pasokan cabai merah dan bawang merah di daerah penghasil. Sehingga distribusi kedua komoditas volatile food tersebut juga lancar di Kota Jambi. Pasokan berlebih atau cukup, sedangkan permintaan stabil, maka harga cenderung turun. Untuk kasus cabai rawit merah yang mengalami kenaikan tinggi, itu kasus yang berbeda, karena BPS mencatat konsumsi rumah tangga. Sedangkan cabai rawit merah tidak dominan dikonsumsi rumah tangga, melainkan restoran, rumah makan, cafe dan sebagainya, sehingga tidak signifikan memberi andil terjadi inflasi,” bebernya.
Hendra juga menjelaskan bahwa bulan selanjutnya yang patut diwaspadai, karena sejumlah daerah produsen komoditas pangan di Indonesia telah memasuki musim kemarau kering, yang akan berdampak pada menurunnya kapasitas produksi.
“Musim kemarau harus kita sikapi kedepannya, karena faktor cuaca ini akan berdampak pada hasil produksi komoditas sensitif, seperti cabai merah, beras dan sebagainya. Ini yang kita khawatirkan akan menjadi penyebab terjadi inflasi dibulan mendatang,” ungkap Kabag Perekonomian Kota Jambi itu.
Meskipun demikian, Sekretaris TPID Kota Jambi itu ungkapkan bahwa Pemkot Jambi akan berupaya keras menjaga stabilisasi harga di pasaran dan ketersediaan pasokan dengan beberapa strategi, sehingga kondisi inflasi Kota Jambi tetap terjaga dalam kisaran sasaran nasional sebesar 2,5±1%.
“Kita akan berupaya keras dengan beberapa langkah kongkrit yang gencar dilakukan, agar ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga beberapa komoditas volatile food tetap terjaga dengan baik. Tentunya bantuan dan sinergi kerjasama semua pihak yang terlibat akan menentukan suksesnya upaya menjaga kestabilan inflasi dan perekonomian di Kota Jambi,” pungkasnya. (*)